Summarecon Kelapa Gading
Family Experience yang Utuh dan Seimbang
Perkembangan kawasan perumahan yang menerapkan konsep
kota di dalam kota (city within a city) semakin menjamur, bukan saja di
Jakarta tapi juga di sekitar kawasanJabotabek. Hal ini jelas
dilatarbelakangi oleh tuntutan masyarakat akan kenyamanan yang semakin
besar. Ya, kenyamanan. Itulah faktor utama pertimbangan masyarakat dalam
memilih lokasi tempat tinggal disamping memiliki fasilitas umum yang
lengkap.
Perkembangan kawasan Summarecon Kelapa Gading (dahulu
disebut Kelapa Gading Permai) yang pesat serta pertumbuhannya menjadi
sebuah kota satelit tak pelak menjadikan kawasan ini sangat diminati
orang untuk tinggal dan membuka usaha. Orang cenderung tinggal di kota
atau daerah yang memberikan fasilitas lengkap. Intinya mereka tidak mau
jauh-jauh dari kegiatan hidup sehari-hari seperti bekerja, berbelanja,
kegiatan sosial, beribadah dan sekolah.
Tiga puluh tahun yang lalu, jangankan menarik orang
untuk datang dan tinggal, keadaan Kelapa Gading yang masih berawa-rawa,
justru membuat orang memalingkan muka. Tapi, lihatlah Kelapa Gading
sekarang. Orang bukan lagi sekadar ingin tinggal, bahkan sudah berebut
untuk membuka usaha di Kelapa Gading.
Lebih dari itu, fasilitas yang serba ada dan
pengalaman-pengalaman para penghuni berhasil menahan warga Kelapa Gading
untuk tidak berpaling ke daerah lain. Ya, itulah Kelapa Gading, bekas
rawa-rawa yang terus berkembang menjadi kota yang benar-benar hidup.
Kelapa Gading telah tumbuh menjadi suatu kawasan yang maju, dihuni oleh
sekitar 25 ribu keluarga dengan perputaran uang sebesar Rp 25 triliun
per tahun.
Inovasi Inovasi adalah jiwa yang
memungkinkan suatu bisnis untuk dapat sustainable seberat apapun
kompetisi yang dihadapi. Bagi perusahaan sebesar Summarecon, inovasi
yang terus-menerus dengan memperhatikan perkembangan pasar selalu
menjadi nilai lebih setiap produk properti yang dikeluarkan. Inovasilah
yang memungkinkan Summarecon Kelapa Gading, kawasan 500-an hektar,
bermetamorfose dari sebuah daerah terbelakang dan tradisional menjadi
sebuah kawasan yang begitu modem dan kosmopolit seperti sekarang dan
memiliki potensi yang tak tertandingi. Inovasi ini terlihat dari adanya
"something new" dan "something different" dari setiap proyek baru yang
diluncurkannya.
Contoh produk perumahan masterpiece yang memperkokoh
Summarecon Kelapa Gading sebagai kawasan yang memberikan family
experience bagi setiap penghuninya adalah Bukit Gading Villa. Bukit
Gading Villa (BGV) adalah sebuah perumahan mewah seluas 70 hektar yang
unik karena di sini Summarecon menjual kavling yang memungkinkan
pembangunan rumah disesuaikan dengan se¬lera masing-masing pembeli.
Keunikan BGV juga ditandai dengan pengaturan lanskap yang indah, tata
ruang yang bagus, dan diperke¬nalkannya konsep Village Committee.
Village Committee adalah perkumpulan warga yang tinggal di BGV,
diprakarsai dan dibentuk oleh Summarecon dengan tujuan untuk menjaga
kenyamanan dan keasrian lingkungan. Kesemuanya ini menjadikan kompleks
perumahan yang didirikan tahun 1988 ini sangat diminati dan meraih harga
tertinggi di antara kawasan realestat di Jakarta pada tahun 2002, yaitu
Rp 8 juta/m2.
Gading Park View, sebuah perumahan hasil garapan
Summarecon yang memiliki konsep rumah taman bersama. Konsep perumahan
ini memiliki taman¬taman besar bersama yang dikelilingi oleh beberapa
rumah. Dengan demikian, para penghuni di rumah-rumah ini bisa menikmati
langsung taman bersama tersebut . Sesuai dengan konsep yang diusungnya,
60% dari lahan Gading Park View ini digunakan sebagai taman yang luas
dan modern. Gading Park View yang dipasarkan sejak bulan Mei 2003 ini
bisa dikatakan sebagai salah satu terobosan besar yang dilakukan oleh
Summarecon. Eksklusivitas adalah kuncinya. Perumahan yang mengusung tema
"A New Concept for Better Living" ini memang hanya terdiri dari 138
unit rumah ditambah dengan 38 unit rukan. Jadi, benar-benar terbatas dan
eksklusif.
Fasilitas di sini juga lengkap karena di dalam Gading
Park View terdapat kolam renang, lapangan tenis, gazebo, dan jogging
track. Juga terdapat sebuah kafe yang dapat dimanfaatkan oleh penghuni
atau tamu untuk bersantai dan kongkow-kongkow. Uniknya, di Gading Park
View ini depan dan belakang rumah taman semua. Jadi, sirkulasi udara dan
sinar matahari sangat baik, penghuni serasa bagaikan di small paradise.
Karena target pasar Gading Park View memang orang-orang yang masuk
dalam jajaran kaum menengah ke atas, kisaran harga rumah di sini adalah
Rp 1,6 miliar sampai Rp 2,6 miliar untuk harga tertingginya.
Pada bulan Juni 2004, Summarecon mulai membangun
Apartemen The Summit-Kelapa Gading yang ditujukan untuk kalangan
menengah ke atas dengan gaya hidup modem. Inovasi yang dilakukan oleh
Summarecon terhadap apartemen yang terletak di jantung Sentra Kelapa
Gading ini adalah penggunaan sistem Loft (dua lantai se¬perti penthouse
di tiap lantai) dan arsitektumya yang bergaya modem kontemporer.
Apartemen ini memiliki akses langsung ke Mal Kelapa Gading, Gading Food
City dan La Piazza.
Masterpiece terbaru persembahan Summarecon
Kelapa Gadingadalah Grand Orchard, kawasan yang memadukan gaya
arsitektur modern dengan konsep ’green living’ yang unik. Dikatakan unik
karena kawasan baru seluas 40 ha ini menghadirkan sebuah konsep kawasan
’hijau’ yang sangat berbeda dengan yang sudah ada. Kawasan baru ini
sangat ramah lingkungan karena keberadaannya tidak membebani lingkungan
sekitarnya. Melalui Sistem Drainase dengan Folder System memungkinkan
kawasan ini mengelola sistem tata airnya secara mandiri, termasuk
penyerapannya, tanpa tergantung pada lingkungan sekitar atau dikenal
dengan Zerro Sum Concept.
Faktor penting lain yang menjadi keunggulan utama
Grand Orchard adalah keberadaan Green Spine. Green Spine ini merupakan
sebuah taman hijau yang luas dengan berbagai jenis pohon peneduh seperti
trembesi, ... dan lain-lain, memiliki panjang mencapai lebih dari 1000
meter. Selain sebagai jalur pedestrian yang sangat nyaman, Green Spine
sekaligus menjadi ’connector’ dari 6 Cluster yang ada di kawasan Grand
Orchard. Melalui Green Spine ini juga, untuk mencapai area commercial
seperti shop houses, food court, club house, ataupun beraktifitas lain
di dalam cluster, para penghuni cluster tidak perlu lagi menggunakan
kendaraan, semuanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Lingkungan
menjadi bebas polusi dan mendukung ’energy saving’. Konsep Green Spine
ini sangat unik bahkan bisa dikatakan sebuah terobosan baru untuk
menciptakan kawasan hunian yang ideal.
Sistem Tata Air Terpadu Tak
disangsikan, setiap tahun, Jakarta selalu terancam oleh banjir. Kalau
sudah banjir, hampir semua wilayah Jakarta tanpa terkecuali tergenang
oleh air, seperti waktu banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun
2002. Dengan adanya banjir tersebut memang harga tanah di Kelapa Gading
sempat turun. Namun, hal ini tidak berlangsung lama, karena kemudian
harga pulih kembali, bahkan merambat naik. Tahun 1997, misalnya,
seseorang yang membeli tanah seluas 200 m2 seharga Rp 425 juta, kini
harga tanah tersebut sudah melonjak menjadi Rp 1,2 milyar.
Komitmen Summarecon untuk menata kembali lingkungan
Kelapa Gading tidak perlu diragukan lagi. Pengelolaan waduk sendiri
berada di bawah divisi Estate Management dan Summarecon memiliki 10
operator yang bekerja 24 jam secara bergiliran (shift). Semuanya itu
adalah untuk kepentingan seluruh warga kawasan Kelapa Gading, bukan
sekadar kepentingan Summarecon saja.
Kawasan yang Menjanjikan Kelapa
Gading kini telah menjadi "kota di dalam kota" yang begitu marak dan
merupakan salah satu kawasan yang paling pesat pengembangannya. Kawasan
seluas kurang lebih 1.800 hektar ini memiliki lima mal berukuran besar
ditambah pusat perkulakan Makro. Kawasan ini sekarang memiliki pusat
perbelanjaan seluas sekitar 500.000 m2 yang merupakan 20% dari totalluas
pusat perbelanjaan di seluruh Jabotabek. Daerah berpenduduk sekitar
300.000 orang ini kini juga memiliki lebih dari 3.500 rukan. Di kawasan
ini terdapat ribuan pengusaha dengan omzet pertahun mencapai Rp 25
triliun atau kira-kira 12% dari total uang yang beredar di Indonesia.
Itu di Kelapa Gading. Khususnya bagaimana di
Summareeon Kelapa Gading, cikal bakal sekaligus primadona kawasan ini?
Karena merupakan jantung Kelapa Gading, kawasan ini lebih bersinar lagi.
Beragam tipe hunian mulai dari tipe keeil hingga rumah eksklusif
berharga miliaran rupiah tumbuh menjamur di sini. Sentra Kelapa Gading
yang merupakan kawasan paling mahal di Kelapa Gading juga berdiri pusat
belanja modem Mal Kelapa Gading 1,2 dan 3, berikut Gading Food City dan
La Piazza. Tak berlebihan kalau kita menyebut kawasan ini sebagai one
stop entertainment center karena orang bisa menemukan apapun juga di
sini, mulai dari urusan perut, belanja, sampai gaya hidup.
Kawasan ini semakin komplet karena adanya kawasan
komersial di sepanjang Jalan Bulevar Kelapa Gading dengan transaksi
bulanan meneapai triliunan rupiah. Jalan ini memiliki deretan rukan
terpanjang diJakarta (dan tentu saja di Indonesia). Tidak heran memang
karena begitu kita memasuki kawasan Summareeon Kelapa Gading yang
langsung terlihat adalah sederetan rukan sambung-menyambung di sisi kiri
dan kanan jalan. Saat ini, Summareeon Kelapa Gading memiliki lebih dari
1.800 rukan yang tersebar di berbagai wilayah. Di samping rukan yang
ada di sepanjang Jalan Bulevar tadi, rukan lain juga ada di berbagai
lokasi seperti di Gading Nirwana, Gading Riviera, Kelapa Nias, Kelapa
Hybrida, Gading Batavia hingga Gading Park View. Dengan jumlah sebanyak
ini, berarti lebih dari setengah rukan di Kelapa Gading ada di kawasan
ini.
Berkembang pesatnya kawasan Summareeon Kelapa Gading
tak pelak membuat kalangan investor, pembeli, hingga spekulan terus
berburu properti di wilayah ini. Kini nyaris tak ada sejengkal tanah pun
yang tidak disulap menjadi mal, rukan, atau hunian eksklusif bemilai
komersial tinggi. Terus berlanjutnya pembangunan mal, rukan, rumah
mewah, dan apartemen di kawasan ini merupakan in¬dikator begitu besarnya
market demand di kawasan ini.
Tak heran jika harga tanah pun terus
melonjak dari tahun ke tahun. Harga tanah di Bukit Gading Villa
misalnya, pernah mencapai Rp 8 juta/m2 pada tahun 2002. Harga semacam
ini tentu akan semakin menggila di masa mendatang. Saat ini misalnya,
broker properti baik waralaba maupun lokal sudah mencapai 40 perusahaan
di Kelapa Gading. Nilai transaksinya jangan ditanya, tidak kurang dari
Rp 2-3 triliun setahun. Jumlah ini terbilang fan¬tastis karena setara
dengan seperempat dari total transaksi properti oleh seluruh agen
properti nasional yang jumlahnya diperkirakan mencapai Rp 11,5 triliun.
Inilah
berkah Kepala Naga. Kepala Naga? Lepas dari benar-tidaknya mitos dan
kepercayaan di atas, sejak lama kawasan Kelapa Gading sudah diyakini
sebagai daerah yang bagus dan selalu membawa hoki baik sebagai tempat
tinggal maupun tempat berusaha. Daerah Kelapa Gading diyakini oleh para
warganya memiliki feng shui yang bagus dan menguntungkan. Jadi,
beruntunglah Summarecon yang telah berhasil menggarap wilayah yang
secara feng shui dianggap bagus sekali.
Alasan para usahawan yang sukses di Kelapa Gading
adalah pasamya telah terbentuk, daya beli konsumen sangat tinggi,
lokasinya oke, infrastruktur bisnisnya sudah memadai, fasilitas
pendukung seperti bank atau bisnis penunjang tersedia, aktivitas bisnis
yang begitu marak dan dinamis, dan sebagainya. Inilah disebut sebagai
cluster, sebuah kawasan yang menghimpun sebuah konsentrasi in¬dustri
tertentu yang saling berkaitan (interconnected) lengkap dengan industri
penunjang, pemasok, konsumen, dan sebagainya. Antar berbagai elemen
industri itu terjadi kompetisi dan kolaborasi sehingga aktivitas
value-creation berjalan sangat efektif, dan produktivitas kawasan ini
demikian tinggi.
Seperti contohnya Hollywood, kawasan yang dikenal
sebagai pusat perfilman dunia ini adalah salah satu contoh pas dari
sebuah cluster. Silicon Valley yaitu cluster untuk inovasi dan industri
berteknologi tinggi. Las Vegas untuk industri kasino dan hiburan. Milan
dan Paris untuk industri fesyen. Swiss untuk arloji. Detroit untuk
industri otomotif. Yogyakarta misalnya dikenal sebagai cluster untuk
industri pendidikan. Jepara dikenal luas sebagai cluster untuk industri
ukiran. Pekalongan dikenal sebagai cluster untuk tekstil. Dan masih
banyak contoh lain.
Kelapa Gading, walaupun tak sama persis dengan konsep
cluster, pelaku bisnis yang sangat entrepreneurial tersedia,
infrastruktur seperti mal, rukan-rukan, dan pusat-pusat makanan komplet.
Industri penunjang dari segi pendanaan juga lengkap tersedia karena
puluhan bank ada di sini, komponen penunjang lain seperti event juga
begitu sering diadakan di sini. Dan tentu saja komponen terpenting yang
tak bisa dikesampingkan di sini adalah pasar yang memiliki demand yang
sangat tinggi. Warga Kelapa Gading tanpa disadari telah membentuk
komunitas pelang¬gan dengan buying power yang sangat besar.
Kalau konsep cluster cenderung menghimpun satu
industri yang spesifik, di Kelapa Gading memiliki scope yang lebih luas
mulai dari industri properti, ritel-komersial, hiburan, jajan dan
makanan, dan barangkali banyak lagi yang lain. Walaupun sedikit berbeda,
namun mekanisme dan perilaku dasar sebuah cluster berlangsung di Kelapa
Gading, yaitu adanya keterkaitan, kolaborasi, dan complementarity antar
berbagai komponen penunjang bisnis yang memungkinkan value-creation
berlangsung sangat efektif.
Interaksi positif di dalam cluster ini pula yang
menyebabkan aktivitas bisnis di Kelapa Gading bisa demikian mudah
menghasilkan keuntungan. Jumlah ini jelas akan terus meningkat di masa
mendatang sejalan dengan meningkatnya permintaan di Kelapa Gading.
Semakin banyaknya proyek yang diluncurkan di kawasan elit ini juga
semakin menambah maraknya transaksi properti. Tingginya omset ini juga
disebabkan karena harga properti di Kelapa Gading yang melejit bak
roket.